UPDATEKAREBA.COM, TOARAJA – Bittuang Bisa Tonji, Secara sengaja menggunakan dialek makassar “tonji” untuk menjawab tema Praya XI PPGT tahun ini “rayakan keragaman, teguhkan persekutuan”.
Sabtu, 09 Juli 2022, pukul 16:49 Wita, kami meninggalkan Bittuang dengan penuh rasa sukacita dan juga sedih. Sukacitax karena begitu lamanya waktu yang dipersiapkan mendoakan, menggumuli, bahkan begitu menghabiskan tenaga untuk menghadapi perhelatan ini dan tentu kabar baiknya kegiatan ini boleh selesai dengan baik atas pertolongannya, Tuhan Yesus baik.
Dibalik sukacita itu pun ada rasa sedih karena harus berpisah dengan orang-orang yang cukup lamanya tinggal bersama.
Beberapa klasis menelpon ke saya mereka menangis terharu dengan beberapa keluarga yang ditinggalkan, ikatan emosional rupanya sudah terbangun selama beberapa hari di Bittuang.
Sambil meninggalkan dan mengendarai mobil katana tua saya yang selama ini telah beberapa kali bolak-balik Bittuang, saya terus bercerita dengan Mas Edi (Sapaan akrab untuk staff kami di kantor PPGT), sepanjang jalan dari Bittuang sampai tiba di kantor PPGT kami terus terus bercerita tentang kebaikan orang-orang di Bittuang.
Kebaikan-kebaikan yang akan kami kenang dan bagikan bagi generasi kami baik secara pribadi untuk istri dan anak-anak saya (ikon, garda & girda), maupun kurang lebih 20.000 peserta Praya yang akan pulang menceritakan masing-masing baik di Klasis maupun di Jemaat.
Sejenak izinkan saya secara pribadi menyampaikan rasa sukacita dan terima kasih serta apresiasi yang tulus bagi semua yang telah terlibat dalam kegiatan ini baik secara personal maupun lembaga.
Kami sungguh berterima kepada ketua panitia _(the servent leader)_, papak Willy bersama dengan mama Willy dan keluarga yang telah menjadi tempat kami menginap selama di Bittuang. Terima kasih telah menjadi orangtua kami selama di sana. Menjadi orangtua yang sungguh memahami kebutuhan kami selaku anak-anak, _kumande manna tongan ki pogau’ (mbai tarru’ buda maro’ kapang ki kande apalagi madingin)_. Setiap waktu secara lisan dan juga lewat pesan WA jika beliau tidak melihat saya selalu diingatkan untuk makan, _kurre sumanga’ ambe’_.
Satu hal yang akan menjadi cerita dan tidak akan pernah kami lupakan _ikan kering dengan tu’tuk ladanya yang khas_.
Beberapa kali saya menyampaikan kepada rekan PP, jika ada salah saty dari 10 orang dalam Gereja Toraja bahkan lebih yang selalu rela berkorban untuk GerejaNya seperti beliau maka luar biasa pelayanan bisa diangkat.
Terima kasih kepada Bupati Tana Toraja, SKPD Tana Toraja, Camat Bittuang, Kepala Lembang Pali’, Kepala Lembang Le’tek, Kepala Lembang Patongloan, Lurah Bittuang, eksekutif dan legislatif yang telah mengambil peran bahkan terlibat langsung dalam kegiatan ini kami sungguh menghaturkan rasa terima kasih yang dalam.
Terima kasih untuk BPS Gereja Toraja, BPS Wilayah 3 Makale, BPK Bittuang, BPK Bittuang Se’seng, BPK Masanda dan Majelis Gereja di 3 Klasis. Terima kasih kepada Pengurus PPGT klasis dan jemaat di 3 klasis yang menjadi tempat penghimpun Praya XI PPGT.
Terima kasih untuk adik-adik Pandu dari 3 klasis baik sebelum, sedang dan setelah kegiatan masih terus bekerja menyukseskan kegiatan ini. Tentu satu pengalaman berharga yang akan menjadi bekal di masa yang akan dalam kecintaan kepada PPGT.
Terima kasih untuk semua Panitia Pengarah, Panitia Pelaksana baik yang tertulis dengan indah dalam SK maupun yang tidak tertulis namun memberikan waktunya untuk mensukseskan kegiatan ini.
Terima kasih kepada seluruh masyarakat Bittuang, baik yang kami tuakan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, dan tokoh pemuda, anak-anak SMGT yang telah berkontribusi untuk kegiatan ini.
Terima untuk keramahan dan keindahan alam Bittuang yang sungguh mempesona menjadi dayak tarik tersendiri pelaksanaan Praya XI PPGT ini.
Terima kasih kepada semua kontingen dari 95 klasis yang hadir dalam Praya XI PPGT. Akan menjadi satu catatan sejarah bahwa semua klasis hadir dalam praya tahun ini.
Terima kasih kepada yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan dirinya untuk kegiatan ini, bahasa yang sering kami gunakan untuk menggambarkan mereka adalah “loyalitas tanpa batas”. Terima kasih untuk semua karya kita bagi PPGT
**
Sebelum meninggalkan Bittuang kami menyempatkan diri sejenak dengan beberapa rekan PP untuk mengunjungi tempat penginapan hanya untuk memastikan Bittuang kembali bersih sebelum datang maupun setelah ditinggalkan (Berharap semua sampah dalam karung sudah diangkut oleh dinas terkait) Sunyi di sana sini sungguh sangat terasa setelah beberapa hari penuh sesak dengan manusia dan kendaraan yang lalu lalang.
Jadi ingat ucapan salah satu warga ketika di tanya, o na tae’ o mi male menonton, dengan jawaban polosnya “mapanding penangku ku sa’ding ke male nasang omi te tau, inang la malilu na. Tentu hal yang sama pun dialami baik yang tinggal maupun yang pergi sukacita karena kebahagiaan dan sukacita karena tangis bahagia. (****)
(****) : Paulus Pongdatu (Sekretaris Umum Pengurus Pusat PPGT)