WEBINAR PDkT TORAJA GELIAT PARIWISATA TORAJA DI ERA PASCA COVID-19 (2)

413
0

UPDATEKAREBA.COM, TORAJA – Pada tulisan yang terdahulu (1) telah disampaikan pemikiran dari Ir. Henry Arie Pongrekun yang membawakan judul Toraja Harus Memiliki Integrated Tourism Master Plan/ITMP (Blue Print) Untuk Mengembangkan Kawasan Strategis Pariwisata Toraja Yang Sustainable dan dari Richard Parantean SE, M.Si sebagai Founder Pasa’ Salasa dan Perpustakaan Online GET dengan judul Strategi Kabupaten Torama (nama kiasan) Menggenjot Pariwisata Pasca Covid-19 (25/7/2022).

Webinar ini mendapat antusias dari para peserta pemerhati pariwisata dan kemajuan tondokta Toraya. Bagian kedua ini berupa Pendapat Para Pemerhati Pariwisata Toraja. Menurut Agustinus Parinding yang menggarisbawahi bahwa materi yang disampaikan kedua narasumber sangat komprehensif.

Tetapi kita memulai dari mana? Menurutnya secara statistik ada 10% akan setuju, 10% akan mengatakan na ditiro mira atau sama sekali tidak setuju dan 80% mengatakan nanti kita lihat bagaimana perkembangannya.

Tugas kita adalah memenangkan yang 80% itu sehingga diperlukan activation energy adalah ada inisiator yang menjadi driving power sekaligus menjadi driving mechanism untuk menjalankannya dan memonitornya kemudian memberikan masukan.

Dalam prakteknya activation energy apa yang sudah dilakukan Richard dengan Pasa’ Salasa nya. Ada perkembangan yang dilaporkan menjadi penting karena setiap kali kita melakukan kegiatan orang akan bertanya what’s in it for me kalau di Toraja berkata eee ladi kandera ka, apa ra saroku jo … perlu kita mengedukasi masyarakat bahwa pariwisata itu penting yang merubah mindset masyarakat kemudian berikan kemampuan atau latih mereka supaya bisa berkomunikasi.

Pemerhati pariwisata Masri Tumbo mengkritisi sarana jalan dan transportasi untuk mencapai lokasi pariwisata, tempat parkir yang jauh dari di lokasi pariwisata, dan berikutnya adalah sarana IT karena sinyal telekomunikasi yang susah atau lemah sehingga sering putus yang menghambat pemasaran pariwisata secara langsung pada saat itu dibuktikan dengan putusnya siaran langsung wisatawan kepada temannya.

Solusinya adalah pemasangan BTS yang dapat mengatasi sinyal lemah di sana karena para wisatawan tersebut sesungguhnya adalah tenaga pemasaran pariwisata kita. Pemerhati pariwisata lainnya Daniel Rantetondok mengatakan sangat setuju acara diskusi ini kalau perlu diskusi berat bukan ringan. Hendaknya pariwisata nusantara digalakkan selain luar negeri agar pariwisata Toraja diperhitungkan lagi dengan pemanfaatan bandara yang ada baik di Buntu Kunik maupun Bua.

Monica sebagai pemerhati pariwisata melontarkan gagasan bagaimana meningkatkan taraf hidup ekonomi orang Toraja bersumber pariwisata.

Herman Tony asal Mamasa seorang pelatih ke desa-desa wisata di Jogya dan luar Jawa mengatakan bahwa era pasca Covid-19 pariwisata di Jogya sudah bangkit bagaimana pariwisata Toraja? Masukannya adalah secara konsisten melaksanakan Sapta Pesona, membuat roadmap yang dimasukkan dalam RPJMD yang integral, membuat ekosistem pariwisata dengan pentahelix yaitu melibatkan beberapa stakeholder, termasuk kita yang mengadakan webinar ini sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai good will tetapi itu tidak cukup karena kita butuh political will suatu kebijakan merancang kemajuan dan percepatan pariwisata untuk lima tahun, sepuluh tahun sesuai harapan kita.

Sedangkan pelaku pariwisata sebelum pandemi berbeda dengan setelah pandemi seperti era sebelum itu pelaku pariwisata melakukan promosi dengan mencetak brosur tetapi sekarang ini sudah transformasi digital dimana wisatawan lebih dulu tahu lokasi pariwisata yang mereka cari dibanding pelaku pariwisata. Pdt. Dwipo mempertanyakan kenapa Toraja yang daerah Pariwisata bisa masuk sepuluh besar daerah termiskin di Prov. Sulawesi Selatan? Padahal era 70-80-an Pariwisata Toraja adalah surganya surga atau taman mininya taman mini! Harapannya bagaimana pariwisata Toraja bisa menyelesaikan kemiskinan tersebut.

Yohanis Tulak Todingrara berpendapat bahwa dukungan infrastruktur jalan untuk kenyamanan pariwisata harus ada kesiapan yaitu studi kelayakan, analisa dampak lingkungan sebagai syarat pembangunan fisik, menentukan koridor dengan mendesain dan penghitungan biayanya, kepastian kesiapan lahan, dan dalam pelaksanaannya jangan terlalu banyak merubah rona alam yang penting jalan yang dibuat aman dan nyaman, terakhir bagaimana operasional dan pemeliharaan jalan karena musuh utama jalan adalah air. Untuk pembiayaan jalan itu dilihat dari status jalan ada tiga yaitu jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Namun hal-hal tertentu bisa diintervensi dari Pusat langsung untuk jalan provinsi atau kabupaten ketika dinilai sebagai suatu permohonan yang sangat strategis misalnya dimasukkan sebagai pariwisata Super Prioritas.

Purnama Pangalinan mengajak agar memanfaatkan pemakaian bandara yang telah dibuat dengan naik pesawat bila pulang kampung. Jika demannya meningkat maka jadwal penerbangan akan ditambah. Akses penerbangan ditambah rute baru dari Balikpapan ke Toraja agar masyarakat Toraja di Kalimantan menggunakannya.

Selanjutnya Embong berpendapat agar memperhatikan dari sisi konsumen apabila ingin pengembangan pariwisata termasuk pemanfaatan pesawat terbang. Tidak salah belajar lagi tentang perilaku konsumen sehingga mengetahui dan melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan informasi atau masukan konsumen. Toraja mempunyai harta kekayaan yaitu pariwisata. Pariwisata ini ibaratnya barang bagus kalau itu barang bagus semestinya orang-orang berbondong-bondong untuk beli tetapi ini tidak, berarti ada sesuatu yang harus dievaluasi apa penyebabnya.

Dalam Webinar ini hadir Jenny Konda sebagai staf Disbudpar Toraja Utara menyampaikan beberapa hal seperti pembangunan sarana jalan program hibah jalan daerah (phjd) karena Toraja masuk dalam kawasan strategi pariwisata nasional. Di Provinsi Sulawesi Selatan hanya ada tiga daerah yang mendapatkannya yaitu di Provinsi, Tana Toraja, dan Toraja Utara. Di Toraja Utara ada sembilan ruas jalan. Selain itu dikembangkan Desa Wisata berbasis masyarakat dengan melibatkan semua masyarakat.

Adapun kendala antara lain dalam pengembangan pariwisata adalah kurangnya sadar wisata masyarakat, Sapta Pesona baru mulai digalakkan serta upaya adanya pendampingan ke Desa Wisata. Tahun ini Desa Wisata Toraja Utara masuk tiga besar untuk kreativitas. Kedepannya Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism) yang menjadi harapan kita semua dapat dilaksanakan dan betul-betul dapat menjadi dasar pengembangan pariwisata Toraja.

Rangkaian pertanyaan, masukan dan pendapat para pemerhati Pariwisata dalam Webinar ini menjadi bahan bagi Stakeholder Pariwisata khususnya Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara dan Mamasa. (Ulasan berikutnya dilanjutkan ke Bagian III yaitu Close Statement Narasumber dan penyampaian oleh Founder PDkT Toraja tentang Pariwisata sebagai titik ungkit pembangunan).(*/UK)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here